KOMUNIKASI TERAPEUTIK & DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN

DOSEN PEMBIMBING : Hj.Andri Tri, SSt, M.Kes

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A.Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.


B.Pentingnya Menjadi Terapeutik

Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial. Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara perawat-klien. Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan kedua belah pihak (Smith, 1992).


C.Manfaat Menjadi Terapeutik

Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya.


D.Tujuan Komunikasi terapeutik :

Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien :
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguab identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan merngalami harga diri rendah.


E.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.


Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.


F.Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik

Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhdap klien.
4.Empati bukan simpati
Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
6.Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor
7.Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.
8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
G.Tahapan Komunikasi Terapeutik


Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat taha, yaitu :
1.Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a.Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b.Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c.Mengumpulkan data tentang klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2.Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas perawat :
b.Membina hubungan saling percaya
c.Merumuskan kontrak bersama klien
d.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e.Merumuskan tujuan dengan klien
3.Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.

4.Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas perawat adalah :
a.Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subyektif.
c.Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.


H.Strategi Menanggapi Respon Klien :
Dalam menangagpi respon klien perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. Bertanya
2. Mendengarkan
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10.Mengubah cara pandang
11.Eksplorasi
12.Membagi persepsi
13.Mengidentifikasikan tema
14.Humor
15.Memberikan pujian



I.Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik
Ada lima jenis hambatan spesifik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Resisens
2. Transferens
3. Kontraferens
4. Pelanggaran batas
5. Pemberian hadiah



Dalam hubungan perawat – klien ada 3 karakteristik penting : sharing perilaku, pikiran, dan perasaan

Perawat harus mampu:
1.Melakukan penyingkapan diri
2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan
3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)
4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan
5.Memperkirakan lamanya percakapan
6.Mengakui kekurangan diri
7.Mengakhiri percakapan dgn klien


Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :
1.Prainteraksi
2.Orientasi
3.Kerja
4.Terminasi


1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis

Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?


2.ORIENTASI
 dasar pengkajian keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.
àPerawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien

Kontrak pertama dimulai :
- Memperkenalkan diri perawat dan klien
- Menyebutkan nama
- Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).
- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien serta konflik)

Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan


3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)


4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi


Tugas prwt dlm tiap-tiap fase

Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien

Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien

Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien

Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.




























DIMENSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN (DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN)

BAB II
PEMBAHASAN
1.            PENGERTIAN
Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang. Pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting yang bervariasi dan membagi bermacam pengalaman.
BENTUK HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM
a.       Hubungan sosial
Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti berbagi ide, perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan membantu pekerjaan.
b.      Hubungan Intim
Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan.
c.       Hubungan Terapeutik
Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman, dan perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta keterampilan koping baru mungkin dikembangkan. (King cit. Varcarolis (1990))
Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :
1)            Tindakan diawali oleh perawat
2)            Respon reaksi dari klien
3)            Interaksi di mana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4)     Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan.
Tujuan Hubungan Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi :
2.            Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
3.            Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
4.            Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
5.            Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik, Dalam membina hubungan teraputik (berinteraksi ), (Stuart dan Sundeen, dalam Christina dkk) :
1.              Fase PraInteraksi
a.       Evaluasi Diri
b.      Penetapan tahapan hubungan / interaksi
c.       Rencana tindakan
2.              Fase Perkenalan/Orientasi
a)      Memberi salam
b)      Memperkenalkan diri perawat
c)      Menannyakan nama klien
d)     Menyepakati pertemuan (kontrak)
e)      Menghadapi kontrak
f)       Memulai percakapan awal
g)      Menyepakati masalah awal
h)      Mengakhiri perkenalan
3.              Fase Orientasi
a.       Memberi salam
b.      Memvalidasi keadaan klien
c.       Mengingat kontrak
4.              Fase Kerja
a.       Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya.
b.      Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c.       Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
d.      Melaksanakan pendidikan kesehatan
e.       Melaksanakan kolaborasi.
f.       Melaksanakan observasi dan monitoring.
5.              Fase Terminasi
Terminasi Sementara
a.       Evaluasi hasil
b.      Tindak lanjut
c.       Kontrak yang akan datang
Terminasi Akhir
a.       Evaluasi hasil
b.      Tindak lanjut
c.       Kontrakyang akan datang




DIMENSI RESPON
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :
1.    Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh :
a.            Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan kesejatiannya pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang ditampilkan akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
b.            Persepsi terhadap orang lain.
Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan menguasai kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri kita yang sebenarnya.
c.            Lingkungan.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka publik (auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Wakyu yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorangtidak mampu menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda, sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha membuat kotak badan yang sering. Dia bahkan akan mengundang anda untuk makan malam.
Sebagai perawat,
Pikiran anda                :  Saya harus memberikan pelayanan yang professional.
Perasaan anda        : Capek juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi …  (terdapat   inkongruen antarapikiran dan perasaan).
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan keprofesionalas sebagai perawat ?
Contoh respons :
“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat saja nanti.
(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat)
“Semua lelaki sama saja, … anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah tuan, … saya punya pekerjaan”. (Respon ini menunjukkan keagresifan perawat)
“saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa member anda dank klien lain asuhan keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien dengan sama karena saya piker tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya ?” (Respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)

2.    Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut.

Beberapa aspek dari empati antara lain :
a.    Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.

b.    Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :
1. Kekuratan ;
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien.
2. Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri empati.
3. Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4. Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan tersebut efektif.

c.    Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan dan kesejatian.
1.    Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :

a.    Kondisi muka;
·                     Dahi : rileks, tidak ada kerutan.
·                     Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
·                     Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.
·                     Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan ketertarikan.

b.    Kondisi postur/sikap.
·                     Tubuh               : Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
·                     Kepala             : Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan kepala jika perlu.
·                     Bahu                : Mudah digerakkan dan tidak tegang.
·                     Lengan            : Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
·                     Tangan            : Tidak memegang atau menggenggam diantara keduanya, tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan objek.
·                     Dada                           :  Napas biasa, tidak nampak menelan.
·                     Kaki                 : Tampak nyaman, tidak menendang.
·                     Telapak kaki    : Tidak mengetuk.

Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :
§  Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan orang lain.
§  Mengetuk dengan jari.
§  Mundur tiba-tiba.
§  Tidak tersenyum.

Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :
§       Terburu-buru.
§       Emosi berlebihan.
§       Shock/terkejut.
§  Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.

2.    Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan perhatian dengan lawan bicara.

3.  Respek/Hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.
Perilaku respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992)
·                                             Melihat ke arah klien
·                                             Memberikan perhatian yang tidak terbagi
·                                             Memelihara kontak mata
·                                             Senyum pada saat yang tidak tepat
·                                             Bergerak kearah klien
·                                             Menentukan sapaan yang disukai
·                                             Jabat tangan atau sentuhan yang lembut

4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien dan memikirkan masalah yang spesifik.
Contoh :
Klien             : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak menggangguku.
Mereka          : “Membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan         halus.”
Perawat         : “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
Klien             : “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar merupakan berkah. Itu adalah kutukan.”
Perawat     : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku marah di rumah?”

















DIMENSI TINDAKAN
1.      Konfrontasi
Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith [1992] dikutip Intan [2005]).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)

Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])
ü Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.
ü Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang     produktif dengan jelas dan konstruktif.
Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :
Ø Tingkah lakunya tidak produktif
Ø Tingkah lakunya tidak merusak
Ø Ketika mereka melanggar hak kita/ hak orang lain
Factor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan Laraia(2001) adalah :
·      Tingkat hubungan saling percaya
·      Waktu
·      Tingkat stress klien
·      Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
·      Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan
·      Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk mendengarkan persepsi orang lain.
Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara lain :
a.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang dia inginkan(ideal diri)
b.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi verbal dan perilaku
c.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan pengalaman perawat tentang klien
Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik
a.    Fase perkenalan        : rendah
b.    Fase kerja                  : tinggi
c.    Fase terminasi           : rendah
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :
a.    Clarify           : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
b.    Articulate      : dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.
c.    Reques (permintaan)
d.   Encourage     : memberikan support, harapa, kepercayaan  
Contoh :
Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda biasanya  membersihkankamar setiap 2 minggu sekali dia kembali pada kebiasaannya diatas. Anda meras atidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk mengundang teman anda dating ketempat kost anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman anda?
“Kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu berserakan di lantai”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kitajadi berantakan tidak karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di lemari” (Request)
“Dengan jalan itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan saya akan merasa bebas untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir karena kamar kita berantakan” (Encourage)
2.      Kesegeraan
Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995)
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat dan   klien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh :
Pasien                     : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak dan buka orang dewasa”.
Perawat        : “Saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.


3.      Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :
a.       Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab
b.      Empati
c.       Membuka diri
d.      Mengecek
Contoh :
Seorang klien berkata, “ minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru pulang dari rumah sakit. Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami nyeri dada. Saya pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin di dalam lemari. Saya segera memberikan kepadanya dan berangsur-angsur tenang. Nyerinya hilang. untunglah”.
Contoh membuka diri :
Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya (mendengar). “Saya dapat menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin lebih menakutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat emergency. Betapa senangnya ketika nitrogliserin itu bekerja (empati). …. Ayah saya mengalami nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga mengalami kecemasan yang sangat menakutkan. Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya merasa putus asa dan tak punya harapan (membuka diri). Apakah kamu merasakan hal yang sama minggu lalu? (cek) ”.



4.      Emosional Katartis
Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang sangt mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : “hal itu membuatmu merasa bagaimana? ”
Contoh dialog :
Perawat     : “Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang?”
Klien         : “Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe pemarah”
Perawat   : “Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang kamu rasakan saat itu.”
Klien         : “Uh…sebel. Saya kira …. (diam)”
Perawat     : “Hal itu mebuatku marah jika trjadi padaku”
Klien         : “ Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu harus merahasiakan semu ini karena ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan ini terjadi. Oh, …. Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan aku ingin dia tahu apa yang aku rasakan. ”      


5.      Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen , 1995)
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif dengan lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck , 1998)
Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)
1.         Mendefenisikan masalah
2.         Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
3.         Menciptakan situasi
4.         Membuat karakter
5.         Penjelasan dan pemanasan
6.         Pelaksan memerankan suatu peran
7.         Berhenti
8.         Analisis dan diskusi
9.         Evaluasi






KEBUNTUAN TERAPEUTIK
PENGERTIAN
Kebuntuan teraputik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan klien dimana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri.
1.            Resistens
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005) :
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen, 1995).
a.       Supresi dan represi informasi yang terkait.
b.      Intensifikasi gejala
b.      Evaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan    tentang masa depan.
c.       Dorongan untuk sehat
d.      Hambatan intelektual
e.       Pembicaraan yang bersifat permukaan/dangkal
f.       penghayatan intelektual
g.      muak terhadap normalitas
h.      reaksi tranference
i.        perilaku amuk atau tidak rasional


2.            Transference
Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.
Reaksi transference Bermusuhan
Contoh :
Klien yang dirawat di rumah sakit karena dbd, tanpa sebab yang jelas klien marah-marah kepada perawat, setelah dikaji ternyata perawat mirip dengan mantan pacarnya yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference : Tergantung
Seorang klien dirawat oleh seorang perawat, perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat yang melakukannya.
3.            Kontertransference
Kontertransference merupakan kebutuan terapeutik yang dibuat oleh perawat. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk kontertransference (Stuart dan Sundeen, dalam Intan, 2005) :
1.            Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area masalah tertentu.
2.            Menekan perasaan selama / sesudah sesi.
3.            Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampau waktu yang telah ditentukan.
4.            Mengantuk selama sesi.
5.            Perasaan marah/tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk berubah.
6.            Dorongan terhadap ketergantungan, pujian / afeksi klien.
7.            Berdebat dengan klien.
8.            Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal, tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan.
9.            Keterlibatan dengan klien dalam tingkat, personal dan sosial.
10.          Melamunkan atau memikirkan klien.
11.          Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
12.          Perasaan cemas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.
13.          Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang, hanya pada satu aspek.
14.          Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi kontertransference :
1.            Reaksi yangat mencintai “caring”
2.            Reaksi sangat bermusuhan
3.            Reaksi sangat cemas, seringkali digunakan sebagai resopons terhadap resistensi

5 cara mengidentifikasi terjadinya kontertransference  (Stuart G.W dalam Suryani, 2006).
1)      Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang diharapkan kepada kliennya.
2)      Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika klien menentang/mengeritik.
3)      Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
4)      Ketika kontertransference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
5)      Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi kontertransference, pengawasan secara inidividu maupun kelompok dapat lebih membantu.
4.            Bondary Violation
Batas hubungan perawat klien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah hubungan terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang ditolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006)
Beberapa batas hubunga perawat dengan klien :
a.         Batas peran
b.         Batas waktu
c.         Batas tempat dan ruang
d.        Batas uang
e.         Batas pemberian hadiah dan pelayanan
f.          Batas pakaian
g.         Batas bahasa
h.         Batas pengungkapan diri secara personal
i.           Batas kontak fisik
Contoh bentuk pelanggaran batas, yaitu :
a.    Klien mangajak perawat makan siang / malam diluar.
b.    Klien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya.
c.    Perawat menerima pemberian hadiah dari bisnis klien.
d.   Perawat menghadiri acara-acara sosial.
e.    Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
f.     Perawat menjalankan bisnis dari klien.
g.    Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada klien.
h.    Hubungan profesional berubah menjadi hubungan personal

5.      Mengatasi kebuntuan terapeutik
a.            Perawat harus mengetahui pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik dan mengenali perilaku tersebut.
b.            Klarifikasi dan refleksi perasaan
c.            Gali latar belakang perawat – klien
d.            Bertanggung jawab terhadap terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik.
e.            Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan      dan masalah klien.
f.             Bina kembali kerjasama Perawat-klien yang   konsisten. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMUNIKASI PADA LANSIA

BAHAN KLIPING