KOMUNIKASI TERAPEUTIK & DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN
DOSEN PEMBIMBING : Hj.Andri Tri, SSt, M.Kes
KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A.Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
B.Pentingnya Menjadi Terapeutik
Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial. Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara perawat-klien. Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan kedua belah pihak (Smith, 1992).
C.Manfaat Menjadi Terapeutik
Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya.
D.Tujuan Komunikasi terapeutik :
Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien :
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguab identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan merngalami harga diri rendah.
E.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.
Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.
F.Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik
Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhdap klien.
4.Empati bukan simpati
Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
6.Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor
7.Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.
8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
G.Tahapan Komunikasi Terapeutik
Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat taha, yaitu :
1.Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a.Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b.Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c.Mengumpulkan data tentang klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas perawat :
b.Membina hubungan saling percaya
c.Merumuskan kontrak bersama klien
d.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e.Merumuskan tujuan dengan klien
3.Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.
4.Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas perawat adalah :
a.Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subyektif.
c.Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
H.Strategi Menanggapi Respon Klien :
Dalam menangagpi respon klien perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. Bertanya
2. Mendengarkan
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10.Mengubah cara pandang
11.Eksplorasi
12.Membagi persepsi
13.Mengidentifikasikan tema
14.Humor
15.Memberikan pujian
I.Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik
Ada lima jenis hambatan spesifik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Resisens
2. Transferens
3. Kontraferens
4. Pelanggaran batas
5. Pemberian hadiah
A.Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
B.Pentingnya Menjadi Terapeutik
Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial. Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara perawat-klien. Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan kedua belah pihak (Smith, 1992).
C.Manfaat Menjadi Terapeutik
Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya.
D.Tujuan Komunikasi terapeutik :
Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien :
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguab identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan merngalami harga diri rendah.
E.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.
Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.
F.Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik
Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhdap klien.
4.Empati bukan simpati
Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
6.Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor
7.Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.
8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
G.Tahapan Komunikasi Terapeutik
Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat taha, yaitu :
1.Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a.Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b.Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c.Mengumpulkan data tentang klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas perawat :
b.Membina hubungan saling percaya
c.Merumuskan kontrak bersama klien
d.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e.Merumuskan tujuan dengan klien
3.Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.
4.Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas perawat adalah :
a.Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subyektif.
c.Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
H.Strategi Menanggapi Respon Klien :
Dalam menangagpi respon klien perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. Bertanya
2. Mendengarkan
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10.Mengubah cara pandang
11.Eksplorasi
12.Membagi persepsi
13.Mengidentifikasikan tema
14.Humor
15.Memberikan pujian
I.Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik
Ada lima jenis hambatan spesifik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Resisens
2. Transferens
3. Kontraferens
4. Pelanggaran batas
5. Pemberian hadiah
Dalam hubungan perawat – klien ada 3 karakteristik penting : sharing perilaku,
pikiran, dan perasaan
Perawat harus mampu:
1.Melakukan penyingkapan diri
2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan
3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)
4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan
5.Memperkirakan lamanya percakapan
6.Mengakui kekurangan diri
7.Mengakhiri percakapan dgn klien
Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :
1.Prainteraksi
2.Orientasi
3.Kerja
4.Terminasi
1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis
Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASI
dasar pengkajian keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.Ã Perawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien
Kontrak pertama dimulai :
- Memperkenalkan diri perawat dan klien
- Menyebutkan nama
- Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).
- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien serta konflik)
Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan
3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)
4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
Tugas prwt dlm tiap-tiap fase
Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien
Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.
Perawat harus mampu:
1.Melakukan penyingkapan diri
2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan
3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)
4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan
5.Memperkirakan lamanya percakapan
6.Mengakui kekurangan diri
7.Mengakhiri percakapan dgn klien
Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :
1.Prainteraksi
2.Orientasi
3.Kerja
4.Terminasi
1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis
Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASI
dasar pengkajian keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.Ã Perawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien
Kontrak pertama dimulai :
- Memperkenalkan diri perawat dan klien
- Menyebutkan nama
- Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).
- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien serta konflik)
Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan
3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)
4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
Tugas prwt dlm tiap-tiap fase
Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien
Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.
DIMENSI HUBUNGAN TERAPEUTIK
PERAWAT-KLIEN (DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN)
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu :
Relationship adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang. Pada
keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting yang bervariasi dan
membagi bermacam pengalaman.
BENTUK HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM
a. Hubungan sosial
Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau
menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti
berbagi ide, perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi
memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam
uang, dan membantu pekerjaan.
b. Hubungan Intim
Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu
terhadap yang lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang
kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan.
c. Hubungan
Terapeutik
Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan
keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi
untuk meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien,
pengalaman, dan perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan
evaluasi secara periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan
berubah dan hubungan tetap konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang
terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam
pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan
pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta keterampilan koping
baru mungkin dikembangkan. (King cit. Varcarolis (1990))
Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :
1) Tindakan diawali
oleh perawat
2) Respon reaksi
dari klien
3) Interaksi di
mana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4) Transaksi di
mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan
hubungan.
Tujuan Hubungan Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang
diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi :
2.
Realisasi diri,
penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
3.
Identitas diri
yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
4.
Kemempuan
membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
5.
Peningkatan
fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang
realistis.
Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik, Dalam membina hubungan teraputik
(berinteraksi ), (Stuart dan Sundeen, dalam Christina dkk) :
1. Fase
PraInteraksi
a. Evaluasi Diri
b. Penetapan
tahapan hubungan / interaksi
c. Rencana tindakan
2. Fase
Perkenalan/Orientasi
a) Memberi salam
b) Memperkenalkan
diri perawat
c) Menannyakan nama
klien
d) Menyepakati
pertemuan (kontrak)
e) Menghadapi
kontrak
f) Memulai
percakapan awal
g) Menyepakati
masalah awal
h) Mengakhiri
perkenalan
3. Fase Orientasi
a. Memberi salam
b. Memvalidasi
keadaan klien
c. Mengingat
kontrak
4. Fase Kerja
a. Meningkatkan
pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, perilakunya, perasaannya,
pikirannya.
b. Mengembangkan,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
c. Melaksanakan
terapi/teknikal keperawatan.
d. Melaksanakan
pendidikan kesehatan
e. Melaksanakan
kolaborasi.
f. Melaksanakan
observasi dan monitoring.
5. Fase Terminasi
Terminasi Sementara
a. Evaluasi hasil
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang
akan datang
Terminasi Akhir
a. Evaluasi hasil
b. Tindak lanjut
c. Kontrakyang akan
datang
DIMENSI RESPON
Dimensi respons
yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :
1. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri
kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh :
a.
Kepercayaan diri
Orang yang
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan kesejatiannya
pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang ditampilkan
akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
b.
Persepsi
terhadap orang lain.
Apabila seorang
melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan menguasai kita akan
mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri kita yang
sebenarnya.
c.
Lingkungan.
Lingkungan
terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka publik
(auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa sulit
untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Wakyu yang terbatas juga
akan mengakibatkan seseorangtidak mampu menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
Contoh :
Ada seseorang
klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia menanyakan
nomor telepon anda, sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha membuat
kotak badan yang sering. Dia bahkan akan mengundang anda untuk makan malam.
Sebagai perawat,
Pikiran
anda
: Saya harus memberikan pelayanan yang professional.
Perasaan
anda : Capek juga nih orang,
sebenarnya saya juga suka, tapi … (terdapat inkongruen
antarapikiran dan perasaan).
Bagaimana anda
menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan keprofesionalas sebagai perawat ?
Contoh respons :
“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat saja nanti.
(Respons ini
kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat)
“Semua lelaki
sama saja, … anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah tuan, …
saya punya pekerjaan”. (Respon ini menunjukkan keagresifan perawat)
“saya senang
menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah sakit. Meskipun begitu,
saat anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa member anda
dank klien lain asuhan keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua
klien dengan sama karena saya piker tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan
kepada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya ?” (Respon kesejatian tanpa
meninggalkan profesionalisme perawat)
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa
kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut.
Beberapa aspek dari empati antara lain :
a. Aspek Mental
Kemampuan
melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek
mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami orang tersebut
secara emosional dan intelektual.
b. Verbal
Kemampuan
mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi emosi
klien. Aspek verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :
1. Kekuratan ;
Merupakan
ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien.
2. Kejelasan
Ungkapan empati
harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan orang
yang kita beri empati.
3. Kealamiahan
Perawat
menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4. Mengecek
Fungsi dari
mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan
tersebut efektif.
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal
yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan dan
kesejatian.
1. Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :
a. Kondisi muka;
·
Dahi : rileks,
tidak ada kerutan.
·
Mata : kontak
mata yang nyaman, gerakan mata natural.
·
Mulut : rileks,
tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.
·
Ekspresi :
tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan
ketertarikan.
b. Kondisi
postur/sikap.
·
Tubuh
: Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
·
Kepala
: Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan kepala jika perlu.
·
Bahu
: Mudah
digerakkan dan tidak tegang.
·
Lengan
: Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
·
Tangan
: Tidak memegang
atau menggenggam diantara keduanya, tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan
objek.
·
Dada
: Napas biasa, tidak nampak menelan.
·
Kaki
: Tampak nyaman, tidak menendang.
·
Telapak kaki
: Tidak mengetuk.
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :
§ Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan
orang lain.
§ Mengetuk dengan jari.
§ Mundur tiba-tiba.
§ Tidak tersenyum.
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :
§ Terburu-buru.
§ Emosi
berlebihan.
§ Shock/terkejut.
§ Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita
menjadi mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.
2. Kesejatian
Kesejatian
merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan
perhatian dengan lawan bicara.
3.
Respek/Hormat
Respek mempunyai
pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan
menghargai klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima
klien tanpa syarat. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk
dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
perawat.
Perilaku respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992)
·
Melihat ke arah
klien
·
Memberikan
perhatian yang tidak terbagi
·
Memelihara kontak
mata
·
Senyum pada saat
yang tidak tepat
·
Bergerak kearah
klien
·
Menentukan
sapaan yang disukai
·
Jabat tangan
atau sentuhan yang lembut
4. Konkret
Perawat
menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan
dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Yang spesifik
dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan,
pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt
mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan
akurat tentang masalah dan mendorong klien dan memikirkan masalah yang
spesifik.
Contoh :
Klien
: “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku.
Mereka
: “Membuat aku marah karena mereka tahu bahwa
aku sangat berperasaan halus.”
Perawat
: “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
Klien
: “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar
merupakan berkah. Itu adalah kutukan.”
Perawat
: “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku marah di
rumah?”
DIMENSI TINDAKAN
1. Konfrontasi
Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat
untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain
(Smith [1992] dikutip Intan [2005]).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar
adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan
kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)
Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])
ü Membuat orang
lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.
ü Membuat
pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang
produktif dengan jelas dan konstruktif.
Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :
Ø Tingkah lakunya
tidak produktif
Ø Tingkah lakunya
tidak merusak
Ø Ketika mereka
melanggar hak kita/ hak orang lain
Factor yang harus
diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan Laraia(2001)
adalah :
· Tingkat hubungan
saling percaya
· Waktu
· Tingkat stress
klien
· Kekuatan
mekanisme pertahanan diri klien
· Pengamatan klien
tentang perlunya jarak atau kedekatan
· Tingkat
kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk mendengarkan persepsi orang
lain.
Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara lain :
a. Ketidaksesuaiaan
antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang dia
inginkan(ideal diri)
b. Ketidaksesuaiaan
antara ekspresi verbal dan perilaku
c. Ketidaksesuaiaan
antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan pengalaman perawat tentang
klien
Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik
a. Fase perkenalan
: rendah
b. Fase kerja
: tinggi
c. Fase terminasi
: rendah
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :
a. Clarify
: membuat sesuatu lebih
jelas untuk dimengerti
b. Articulate
: dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.
c. Reques
(permintaan)
d. Encourage
: memberikan support, harapa, kepercayaan
Contoh :
Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju
sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda
biasanya membersihkankamar setiap 2 minggu sekali dia kembali pada
kebiasaannya diatas. Anda meras atidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk mengundang
teman anda dating ketempat kost anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman anda?
“Kamu telah
meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu berserakan di
lantai”. (clarify)
“Saya merasa
tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kitajadi berantakan tidak karuan”
(Articulate)
“Saya lebih suka
kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di lemari” (Request)
“Dengan jalan
itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan saya akan merasa
bebas untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir karena kamar kita
berantakan” (Encourage)
2. Kesegeraan
Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan
klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart
dan Sundeen, 1995)
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara
perawat dan klien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini
mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat
menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh :
Pasien
: “Staf disini
tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak dan buka
orang dewasa”.
Perawat
: “Saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin
kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.
3. Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan
pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :
a. Mendengar ;
mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab
b. Empati
c. Membuka diri
d. Mengecek
Contoh :
Seorang klien
berkata, “ minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru pulang
dari rumah sakit. Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami
nyeri dada. Saya pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin
di dalam lemari. Saya segera memberikan kepadanya dan berangsur-angsur tenang.
Nyerinya hilang. untunglah”.
Contoh membuka diri :
Wanita ini ingin
mendengar pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya (mendengar). “Saya
dapat menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung tersebut. Bahkan
mungkin lebih menakutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat emergency.
Betapa senangnya ketika nitrogliserin itu bekerja (empati). …. Ayah saya
mengalami nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga mengalami kecemasan yang
sangat menakutkan. Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat
itu saya merasa putus asa dan tak punya harapan (membuka diri). Apakah kamu
merasakan hal yang sama minggu lalu? (cek) ”.
4. Emosional
Katartis
Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang
sangt mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen,
1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan
menjadi panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme
koping yang cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk
mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat
perlu membantu mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : “hal itu
membuatmu merasa bagaimana? ”
Contoh dialog :
Perawat
: “Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang?”
Klien
: “Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe
pemarah”
Perawat
: “Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang
kamu rasakan saat itu.”
Klien : “Uh…sebel. Saya
kira …. (diam)”
Perawat : “Hal itu mebuatku marah jika trjadi
padaku”
Klien
: “ Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu
harus merahasiakan semu ini karena ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan
ini terjadi. Oh, …. Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan aku ingin
dia tahu apa yang aku rasakan. ”
5. Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi
tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga
memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman
(Stuart dan Sundeen , 1995)
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif
dengan lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck ,
1998)
Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)
1. Mendefenisikan
masalah
2. Menciptakan kesiapan
untuk bermain peran
3. Menciptakan
situasi
4. Membuat karakter
5. Penjelasan dan
pemanasan
6. Pelaksan
memerankan suatu peran
7. Berhenti
8. Analisis dan
diskusi
9. Evaluasi
KEBUNTUAN TERAPEUTIK
PENGERTIAN
Kebuntuan teraputik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan
klien dimana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri.
1.
Resistens
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena
fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen
dalam Intan, 2005) :
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen, 1995).
a. Supresi dan
represi informasi yang terkait.
b. Intensifikasi
gejala
b. Evaluasi diri
serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan.
c. Dorongan untuk
sehat
d. Hambatan
intelektual
e. Pembicaraan yang
bersifat permukaan/dangkal
f. penghayatan
intelektual
g. muak terhadap
normalitas
h. reaksi
tranference
i. perilaku amuk
atau tidak rasional
2.
Transference
Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reaksi bermusuhan dan
tergantung.
Reaksi transference Bermusuhan
Contoh :
Klien yang
dirawat di rumah sakit karena dbd, tanpa sebab yang jelas klien marah-marah
kepada perawat, setelah dikaji ternyata perawat mirip dengan mantan pacarnya
yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang
lalu.
Contoh reaksi transference : Tergantung
Seorang klien
dirawat oleh seorang perawat, perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip ibu
klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu
meminta perawat yang melakukannya.
3.
Kontertransference
Kontertransference merupakan kebutuan terapeutik yang dibuat oleh perawat.
Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk
kontertransference (Stuart dan Sundeen, dalam Intan, 2005) :
1.
Ketidakmampuan
untuk berempati terhadap klien dalam area masalah tertentu.
2.
Menekan perasaan
selama / sesudah sesi.
3.
Kecerobohan
dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampau waktu
yang telah ditentukan.
4.
Mengantuk selama
sesi.
5.
Perasaan
marah/tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk berubah.
6.
Dorongan
terhadap ketergantungan, pujian / afeksi klien.
7.
Berdebat dengan
klien.
8.
Mencoba untuk
menolong klien dalam segala hal, tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan.
9.
Keterlibatan
dengan klien dalam tingkat, personal dan sosial.
10.
Melamunkan atau
memikirkan klien.
11.
Fantasi seksual
atau agresi yang diarahkan kepada klien.
12.
Perasaan cemas,
gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.
13.
Kecenderungan
untuk memusatkan secara berulang, hanya pada satu aspek.
14.
Kebutuhan untuk
mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Reaksi kontertransference :
1.
Reaksi yangat
mencintai “caring”
2.
Reaksi sangat
bermusuhan
3.
Reaksi sangat
cemas, seringkali digunakan sebagai resopons terhadap resistensi
5 cara
mengidentifikasi terjadinya kontertransference (Stuart G.W dalam Suryani,
2006).
1) Perawat harus
mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang diharapkan
kepada kliennya.
2) Perawat harus
dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika
klien menentang/mengeritik.
3) Perawat harus
dapat menemukan sumber masalahnya.
4) Ketika
kontertransference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
5) Jika perawat
membutuhkan pertolongan dalam mengatasi kontertransference, pengawasan secara
inidividu maupun kelompok dapat lebih membantu.
4.
Bondary
Violation
Batas hubungan perawat klien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah
hubungan terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien
berperan sebagai yang ditolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas
tersebut (Suryani, 2006)
Beberapa batas hubunga perawat dengan klien :
a. Batas peran
b. Batas waktu
c. Batas tempat dan
ruang
d. Batas uang
e. Batas pemberian
hadiah dan pelayanan
f. Batas pakaian
g. Batas bahasa
h. Batas
pengungkapan diri secara personal
i. Batas kontak
fisik
Contoh bentuk pelanggaran batas, yaitu :
a. Klien mangajak
perawat makan siang / malam diluar.
b. Klien
mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya.
c. Perawat menerima
pemberian hadiah dari bisnis klien.
d. Perawat
menghadiri acara-acara sosial.
e. Perawat secara
rutin memeluk dan memegang klien.
f. Perawat
menjalankan bisnis dari klien.
g. Perawat secara
teratur memberikan informasi personal kepada klien.
h. Hubungan
profesional berubah menjadi hubungan personal
5.
Mengatasi kebuntuan terapeutik
a.
Perawat harus
mengetahui pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik dan mengenali perilaku
tersebut.
b.
Klarifikasi dan
refleksi perasaan
c.
Gali latar
belakang perawat – klien
d.
Bertanggung
jawab terhadap terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik.
e.
Tinjau kembali
hubungan, area kebutuhan dan masalah klien.
f.
Bina kembali
kerjasama Perawat-klien yang konsisten.
Komentar
Posting Komentar