KOMUNIKASI PADA LANSIA
KOMUNIKASI PADA LANSIA
Pembimbing:
Hj.Andri Tri N, S.SiT.,M.Kes
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi komunikasi terapeutik ?
2.
Untuk
mengetahui manfaat komunikasi terapeutik ?
3.
Untuk
mengetahui karakteristik lansia ?
4.
Untuk mengetahui
cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5.
Untuk
mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
6.
Untuk
mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7.
Untuk
mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8.
Untuk
mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
Pengertian
Komunikasi Terapiutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah
hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart dan
Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus
memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus
mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga
memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
2.2 Manfaat
Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 :
50).
2.3
Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi
kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
a) Usia
pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b)
Usia lanjut
(elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c)
Usia lanjut
usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d)
Usaia tua
(veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam
untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut
telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa
perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan
motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat
adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala
penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak
percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di
berikan petugas kesehatan
b) Mengubah
keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak
membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut
serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut
sertakan dirinya
e) Menolak
nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
Pendekatan
Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
Pendekatan
fisik
Mencari informasi tentang kesehatan
obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan
dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
Pendekatan
psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya
absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang
lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab
bagi klien.
Pendekatan
social
Pendekatan ini di lakukan untuk
meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi,
tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan
sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
Pendekatan
spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan
batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika
klien dalam keadaan sakit.
Teknik
Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi
yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik
lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik
khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang
dapat di terapkan antara lain:
Teknik
asertif
Asertif adalah sikap yang dapat
menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi
atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap
fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada
klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien
sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat
ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak
menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini
akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat
untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka
perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan
karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia,
baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi
klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga
kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan
mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan
diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan
demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril,
petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan
lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan
diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu
lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan
bila diperlukan kami dapat membantu’.
Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang
terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar.
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita
dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
Sabar dan
Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien
lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
Hambatan
Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas
kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan
sikan nonasertif.
Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi
biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a) Berusaha
mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan
orang lain
c) Mempertahankan
haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan
diri sendiri
e) Pempermalukan
orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.
Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a)
Menarik
diri bila di ajak berbicara
b)
Merasa
tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c)
Merasa
tidak berdaya
d)
Tidak
berani mengungkap keyakinaan
e)
Membiarkan
orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)
Tampil
diam (pasif)
g)
Mengikuti
kehendak orang lain
h)
Mengorbankan
kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Adanya
hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu
perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar
komunikasi berjalan gengan efektif antara lain
a) Selalu mulai
komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan
suara anda jika perlu
c) Dapatkan
perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut
anda.
d) Atur
lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika
merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f) Jangan
berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara
dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h)
Bantulah
kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan
bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes
yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah
hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah
klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia
membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m) Jadilah
pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke
suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin
ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini biasanya
paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
2.7
Teknik Perawatan Lansia
Pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian
nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi
ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat
dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin
komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif
sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan
klien
Membiarkan klien lansia bertingkah
laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian
diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2) Orientasikan klien lansia pada
pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk
mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan
serta upaya untuk memandirikan klien.
3) Libatkan keluarga atau pihak
keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat
atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan
mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
berinteraksi pada lansia
1. Menunjukkan
rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah
meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang
merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan
pasien
4. Pertahankan
langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi
efektif
5.
Beri
kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6.
Berbicara
dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang
sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti pasien
8. Hindari
kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9.
Menyederhanakan
atau menuliskan instruksi
10. Mengenal
dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi
kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12. Gunakan
sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat
berinteraksi.
A.Pengertian
Komunikasi
Komunikasi
merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan masalah
hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.
(Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan
kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang
biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
B.
Pengertian Lansia
Lansia
adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65
tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai
usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan
yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan
menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan
memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang
diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia semakin banyak jenis obat yang
diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain
kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan
atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat
atau interaksi obat.
C.
Komunikasi Dengan Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b). Tekhnik komunikasi dengan lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b). Tekhnik komunikasi dengan lansia
1.
Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan
Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif
Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan
Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif
Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2. Teknik nonverbal komunikasi
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
3.
Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
1) Memulai
kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
c. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
c. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
D. Kendala-kendala
dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia
Ø Gangguan
neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga
karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
Ø Penurunan
daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon
pada pertanyaan seseorang.
Ø Perawat
sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
Ø Dianjurkan
menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Ø Perbedaan
budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
Ø Gangguan
penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
Ø “Overload”
dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
Ø Gangguan
fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada
rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan
lain-lain.
Ø Hambatan
pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan
dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau
dimensia, gangguan kontak dengan realita.
Ø Hambatan
dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara,
peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes
E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
·
Perawat
membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama
wawancara
·
Berikan
waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
·
Gunakan
kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
·
Gunakan
pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak
·
Perawat
dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal
seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
·
Perawat
harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress
yang ada
·
Perawat
tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
·
Perawat
harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap
mengobservasi.
·
Tempat
mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
·
Lingkungan
harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
·
. Lingkungan
harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
·
Perawat
harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain
yang sangat mengenal pasien.
·
Memperhatikan
kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
b. Prinsip
Gerontologis untuk komunikasi
•
Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
•
Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
•
Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
• Yakinkan
bahwa kacamata bersih dan pas.
•
Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik.
•
Berdiri di depan klien.
•
Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
• Beri
kesempatan bagi klien untuk berfikir.
•
Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
• Berbicara
pada tingkat pemahaman klien.
•
Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian
F.
Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Beberapa
prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut
adalah
• Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
• Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas.
• Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
• Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
• Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas.
• Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
![]() |

Komentar
Posting Komentar