Solusio Plasenta
MAKALAH
SOLUSIO
PLASENTA
Dosen:
Faizatul Ummah, SST, M.Kes

Oleh
:
Vivin
Nur Faida
PRODI
DIII KEBIDANAN
STIKES
MUHAMADIYAH LAMONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya serta
sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Rest Plasenta.”
Makalah
ini disusun sebagai tugas Askeb Persalinan. Di dalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari sepenuhnya betapa besar konstribusi para pembimbing terhadap
peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H.
Budi Utomo, Amd.Kep., MKes. selaku Direktur
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Hj. WS
Tarmi, SST, S Psi, M.Mkes selaku kepala program studi DIII Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
3. Faizatul
Ummah S,ST,M.Kes, selaku dosen pembimbing Askeb Persalinan yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulisan Asuhan Kebidanan ini.
4. Orang
tua kami yang selalu mendukung dan menaruh segenap harapan kepada kami.
5. Teman –
teman dan semua pihak yang selalu
memberikan semangat dan bantuan sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat
terselsaikan tanpa hambatan.
Makalah ini hanya terbatas karya manusia yang tak
lepas dari kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Karena
itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
penulis.
Lamongan, 13 April 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut
abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari
20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh
darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta
sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian
tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak
sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta
lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah,
darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu
berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak
diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi
dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre
eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia
ibu.
Gejala dan tanda solusio
plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat.
Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik,
sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang
hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai
gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta
merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan
berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan
mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.
2.Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1)
Untuk
mengetahui definisi solusio plasenta.
2)
Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio
plasenta.
3)
Untuk
mengetahui insiden dari solusio plasenta
4)
Untuk mengetahui etiologi dari solusio
plasenta
5)
Untuk
mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.
6)
Untuk
mengetahui gejala dari solusio plasenta.
7)
Untuk
mengetahui diagnosis dari solusio plasenta
8)
Untuk
mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
9)
Cara
melakukan deteksi terhadap kemungkinan solusio plasenta
10) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari
solusio plasenta
11) Untuk mengetahui manifestasi klinis
dari solusio plasenta.
12) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
untuk solusio plasenta.
13) Cara rujukan dari solusio plasenta.
Untuk mengetahui asuhan pengelolaan pada pasien dengan solusio plasenta.
3. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini
yaitu memberikan sedikit informasi kepada mahasiswa tentang solusio plasenta
sampai rujukan pasien dengan solusio plasenta.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Solusio plasenta
(abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dimana pada
keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus uteri
sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat
janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Jadi definisi yang
lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang
normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).
Solusio plasenta
atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta
dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003)
Solusio plasenta
adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plaesnta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum
kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion
plasenta.
Solusio plasenta
adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia
kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr.
Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin AB,2006)
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009)
Solusio plasenta
adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri sebelum
bayi lahir. dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya
plasenta dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya rupture
pada tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)
2.2 Diagnosa
1)
Diagnosis
solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
2)
Penderita
biasanya datang dengan gejala klinis :
a)
Perdarahan
pervaginam (80%)
b)
Nyeri
abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
c)
Gawat
janin (60 %)
d)
Kelainan
kontraksi uterus (35%)
e)
Kelainan
premature idiopatik (25%)
f)
Dan
kematian janin (15%)
3)
Syok
yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
4)
Pemeriksaan
laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta antara lain
:
a.
Hitung
sel darah lengkap
b.
Fibrinogen
c.
Waktu
prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya
DIC
d.
Nitrogen
urea/kreatinin dalam darah
e.
Kleithauer-Betke
test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam sirkulasi ibu
5)
Pemeriksaan
penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta (untuk
menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
6)
Hematom
retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta
keahlian operator.
7)
Pemeriksaan
histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoma
retroplasenter.
8)
Penemuan
lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke miometrium,yang tampak
sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yang dikenal sebagai Uterus
Couvelaire.
9)
Secara
klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
10) Diagnosis banding lain perdarahan pada
trimester ketiga selain plasenta previa adalah vasa previa,trauma vaginal,serta
keganasan (jarang).
2.3 Faktor Penyebab
Penyebab
utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang
berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1)
Hipertensi
esensial atau preeklampsi.
2)
Tali
pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3)
Trauma
abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di gendong.
4)
Tekanan
rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5)
Uterus
yang sangat kecil.
6)
Umur
ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7)
Ketuban
pecah sebelum waktunya.
8)
Mioma
uteri.
9)
Defisiensi
asam folat.
10) Merokok,alcohol,dan kokain.
11) Perdarahan retroplasenta.
12) Kekuatan rahim ibu berkurang pada
multiparitas.
13) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay
darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan
gamely.
Factor-faktor yang mempengaruhi solusio
plasenta antara lain sebagai berikut :
1)
Factor
vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum,glomerulonefritis kronik,dan
hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah
mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian
terlepas.
2)
Factor
trauma.
a)
Pengecilan
yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
b)
Tarikan
pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang banyak/bebas,atau
pertolongan persalinan.
3)
Factor
paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4)
Pengaruh
lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava inferior,dan
lain-lain.
5)
Trauma
langsung seperti jatuh,kena tendang dan lain-lain.
2.4 Gambaran Klinis
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut
juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak
sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,
bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus
selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas
lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala
dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam
dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu
mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup
mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang
terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah
dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering
terjadi pada solusio plasenta berat
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.
Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan
janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan
di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal
2.5 Penatalaksanaan Yang Tepat
Penanganan solusio plasenta menurut Manuaba
(1998:260-261) :
1. Solusio plasenta ringan
a) Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
b) Keadaan janin masih dapat dilakukan penanganan
konservatif.
c) Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat, dengan
janin yang masih baik dilakukan sectio cesaria.
d) Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur dilakukan perawatan inap
2. Solusio plasenta tingkat sedang dan
berat.
Penanganannya dilakukan
di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah
:
a) Pemasangan infus dan tranfusi darah.
b) Memecahkan ketuban.
c) Induksi persalinan atau dilakukan SC.
Oleh karena itu,
penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang mencukupi.
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio
plasenta.
Bidan merupakan tenaga
andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi
perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan
rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
a) Pemasangan infus
b) Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
c) Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
d) Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
e) Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan
untuk memberikan pertolongan pertama
Pertolongan solusio
plasenta di RS menurut Marmi (2011:80-81) :
- Transfusi darah
- Pemecahan ketuban
- Infus oksitosin
- Di SC, jika perlu
2.6
Komplikasi
a.
Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan
intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan
segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum
karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala
III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
b.
Gagal
ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan
oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik.
c.
Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasa nya
disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d.
Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam
otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum
latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
Fetal distress, Gangguan
pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia,
anemia, Kematian
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo,Sarwono. 2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBP-SP
2. Manuaba, Ida Bagus Gde.2004.Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC
3. Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetri Patologis : Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Komentar
Posting Komentar